Strip kode cbox sobat

close
cbox

Senin, 27 Agustus 2012


1. khotbah pertama

Melestarikan Pelajaran Penting dari Ramadhan

Marilah kita mantapkan kembali keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa yang merupakan tujuan dari ibadah puasa yang telah kita laksanakan pada bulan ramadhan yang lalu, maka pada bulan syawal ini, marilah nilai ketaqwaan itu senantiasa kita hadirkan dan terus kita jaga dengan menjalankan keta’atan kepada Allah dengan kontinyu dan senantiasa juga mampu menahan diri dari larangan Alah.


“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadan sebagi seorang muslim”.

Hadirin Jamaah sholat Jumat yang berbahagia.

Kita patut bersyukur kepada Allah kerena kita semua telah melewati bulan suci Ramadhan, bulan mulia yang kita merasakan keberkahannya, penuh dengan maghfiroh dan rahmat Allah, dalam arti kita telah berhasil  menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas, kita telah berpuasa dan memperbanyak ibadah semata-mata hanya karena Allah. Kita patut pulaberbahagia, karena di samping telah berhasil menabung pahala, dosa-dosa kitapun yang telah berlalu insya Allah diampuni oleh Allah SWT. sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya::


Artinya : "Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadirin Sidang Sholat Jumat rahimakullah

Lalu muncul pertanyaan yang patut menjadi renungan kita bersama adalah: Bagaimana kita menyikapi hari-hari kita ke depan, setelah kita kembali kepada fitrah dan kesucian?

Ramadhan sebagai titik tolak kembali kepada fitrah sejati. Bahwa dari Madrasah Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan bukan hanya untuk satu tahun ke depan, namun juga kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat An-Nahl 92, Allah berfirman:


“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.

Ini merupakan sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah menceritakan kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia, dari pagi hingga  petang  ia memintal benang, ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Sungguh sangat disayangkan perbuatan itu. Ayat itu bukan hanya mengisyaratkan namun menjelaskan larangan Allah, agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali, dan dilakukan oleh hambah-Nya yang beriman.  Oleh sebab itulah Nabi kita Muhammad saw banyak mengingatkan umatnya dengan sabdanya: "Qul aamantu billahi tsummastaqim”

Artinya: “Katakanlah aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah (konsistenlah).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Dari Ramadhan setidaknya kita menjadapat 4 pelajaran penting yang harus dipertahankan prestasinya dan dilestraikan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga menjadi pribadi yang selalu bersih dan fitri, pribadi yang menjaga diri dan keluarganya dari api neraka sehingga dengannya pula kelak akan lahir masyarakat yang bersih pula.

Pelajaran Pertama yang dapat kita ambil dari nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi harta yang haram.

Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram.

Marilah kita perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :


“Katakanlah, “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al-khobits atau kotoran yang menjijikan. Artinya seandainya harta haram itu Allah perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobist itu tidak akan pernah sama dengan ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan sampai kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa, otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, secara otomatis pula masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.

Allah berfirman:


"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Pelajatan Yang Kedua: Mengendalikan nafsu dari maksiat .

Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya.

Ia tidak boleh makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak boleh berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita dapat menyaksikan di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada mereka . Al Quran menggambarkan:


"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)

Dalam surat An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya,  Allah berfirman:


"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An Nazi’at: 40-41)

Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia. Inilah makna ayat:


"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."

Kaum Muslimin Yang dimuliakan Allah

Pelajaran ramadhan yang ketiga adalah: Menundukkan Syetan.

Kita telah membuktikan selama Ramadhan bahwa setan dijadikan lemah dan tidak berdaya. Kita menjumpai masjid-masjid menjadi ramai selama Ramadhan. Di berbagai tempat, rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca dan tadarus Al-Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa setan sebenarnya sangat lemah. Dalam surat An-Nisa ayat 76 Allah menegaskan:


“Sesungguhnya tipu daya setan itu sungguh lemah.”

Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akherat ia masih mengikuti ajakan dan bisikan-bisikan  syetan.

Kita wajib menundukan syetan karena beberapa sebab:

Yang Pertama : Setan adalah musuh yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang agar keluar dari jalan yang lurus, dan meniti jalan yang sesat bersamanya menuju neraka, Allah befirman:


"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."


Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.

Sebab Kedua : Setan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak melaksanakan shalat, Allah berfirman:


"Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu".

Ketiga : Setan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:


"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh: 268)

Kaum Muslimin Jamaah Sholat jumat yang berbahagia

Pelajaran terakhir yang dapat kita ambil selama belajar di bulan ramadhan adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan .

Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan setidaknya kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.

Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa, di antaranya sebagai berikut:

Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.

Artinya, seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:


"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqoroh: 74)

Kedua: Dosa membuat seseorang  tidak mempunyai rasa malu.

Artinya, bahwa seseorang yang  terbiasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksud hadits ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan.

Ketiga: Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.

Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:


"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."


"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (QS. Al-An’am: 6)

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Kesimpulannya adalah bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk membangun  masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajakan keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan, mempelajari Al-Quran, membacnya dan memahaminya, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, menundukkan syetan, menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama Ramadhan.

Ramadhan telah menjadi contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.







2. khotbah ke 2
KARAKTER KEMULIAAN SEORANG MUSLIM


Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Segala puji atas limpahan karunia Allah yang tak pernah habis-habisnya kita rasakan dan nikmati. Sebagai ungkapan kesyukuran kita marilah kita perbaiki hubungan kita dengan Allah SWT dengan meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada Allah, menjadikan setiap gerak dan langkah kita mencari keridhoan Allah semata.

Sholawat dan salam kepada baginda Rosulullah saw, teladan umat semesta, panutan dalam merealisasikan ketaqwaan dalam kehidupan nyata dalam bermasyarakat dan bernegara.


Kaum muslimin rahimakumullah

Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani, berbagai macam cara yang ditempuh oleh manusia untuk mencari sesuatu yang dapat melegahkan jiwanya, mencari kemuliaan di tengah-tengah manusia. Bebagai cara dilakukan, baik dengan cara yang terhormat ataupun bukan, yang sesuai dengan tuntunan syariat ataupun bukan. Bahkan kadang tak memperdulikan nilai-nilai norma dalam agama dan masyarakat. Ketika kebutuhan jiwa terpenuhi, perasaan bahagiapun tersegarkan, kemudian merasa bangga dan mulia. Namun kadang kala kebanyakan orang melupakan hakikat dan karakteristik kemuliaan yang sebenarnya yang Allah SWT gambarkan di dalam Al-Quran.

Di antara begitu banyak nilai kemuliaan yang disampaikan di dalam Al-Quran, ada beberapa karakter yang akan khatib sampaikan pada kesempatan khutbah jumat kali ini. karakteristik pertama yang diungkapkan Al-Quran adalah: Orang-orang yang mulia yaitu mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tak dibuat-buat, tak pamer, tak sombong, tidak pula memalingkan pipi ketika bertemu. Karena berjalannya manusia sebagaimana halnya seluruh gerakan, adalah ungkapan dari kepribadian, dan perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Sehingga jiwa yang tenang, lurus, mulia, serius dan mempunyai tujuan, akan menampilkan sifat-sifat ini dalam cara berjalan orang tersebut. Al-Quran menggambarkan:


"Yaitu orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati" (Al-Furqon: 63)

Maksud ayat ini sebagaimana penjelasan ustadz Sayid Qutb: "Bukanlah makna kalimat ini adalah bahwa mereka berjalan dengan gontai, kepala tertunduk, lemah dan lesuh, seperti dipahami sebagian orang yang ingin menampilkan ketakwan dan kesholihah. Rosulullah sendiri jika berjalan maka beliau berjalan dengan tegap. Beliau adalah orang yang paling cepat berjalan, paling baik jalannya, dan paling tenang."

Abu Hurairoh berkata: "Saya tak melihat sesuatu yang lebih indah dari Rosulullah, seakan-akan matahari berjalan di wajah beliau. Saya tidak melihat orang yang lebih cepat jalannya dari Rosulullah, seakan-akan bemi tertekuk bagi beliau. Sehingga ketika kami berusaha mengejar ritme berjalan beliau, kami melakukannya dengan cukup sulit. Padahal beliau berjalan dengan tenang tanpa kesulitan."

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah.

Karakteristik kemuliaan yang kedua bagi orang beriman adalah: Mereka adalah orang-orang yang tersibukkan malam-malam mereka dengan sujud kepada Zat yang Maha Mulia. Mereka terjaga di tengah malam ketika manusia tidur. Mereka sujud dan berdiri mengerahkan hati mereka ke Arsy Ar-Rahman yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Allah SWT berfirman:
"Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang mulia". (Al-Isra : 79)

Orang-orang yang mulia tak pernah mengharapkan kemuliaan dari manusia, karena sumber kemuliaan adalah dari Allah semata.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.

Karakteristik ketiga adalah: Kesederhanaan dan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Hal ini diungkapkan oleh Al-Quran sebagaimana firman Allah:


"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (Al-Furqon:  67)

Ini adalah sifat islam yang diwujudkan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Juga menjadi arah pendidikan dan hukum islam yang dibangun atas dasar keseimbangan dan keadilan.

Seorang muslim tidaklah bebas mutlak dalam menginfakkan dan membelanjakan harta pribadinya sekehendak hatinya seperti yang terdapat dalam system kapitalis, dan pada bangsa-bangsa yang hidupnya tak diatur oleh hukum ilahi dalam semua bidang. Namun penggunaan uang itu terikat dengan aturan menyeimbangkan antara dua perkara yaitu antara sikap berlebihan dalam menginfakkan dan terlalu menahan. Karena sikap berlebihan atau terlalu menahan harta menghasilkan ketidak seimbangan di tengah masyarakat dan bidang ekonomi. Menahan harta menimbulkan masalah-masalah, demikian juga melepaskannya tanpa kendali. Padahal harta itu adalah  alat sosial untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan sosial.

Sementara Islam mengatur segi kehidupan ini dengan memulainya dari jiwa individu. Sehingga, menjadikan keseimbangan itu sebagai satu karakter dari karakter-karakter keimanan.  Allah berfirman:


"… dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." (Al-Furqon: 67)

Kaum muslimin rahimakumullah

Karakter yang ke empat adalah: Orang-orang yang mulia senantiasa menjaga kemurnian tauhid di dalam dadanya, menjaga kehormatan orang lain dan menjaga dirinya dari perbuatan dosa-dosa besar. Hal ini digambarkan oleh Allah dalam firmannya:


"Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)". (Al-Furqon: 68)

Mentauhidkan Allah adalah pondasi akidah islamiyah. Menghindarkan diri dari menganiyaya orang lain, membunuh manusia tanpa hak adalah persimpangan jalan antara kehidupan sosial yang tenang yang padanya kehidupan manusia dihormati dan dihargai dengan kehidupan hutan yang padanya seorang tak merasa aman terhadapan nyawanya. Adapun mencegah diri dari perbuatan zina merupakan persimpangan jalan antara kehidupan yang bersih yang padanya manusia merasakan peningkatan dirinya dari perasaan hewani yang hitam pekat.

Karena ketiga sifat ini menjadi persimpangan jalan antara kehidupan yang pantas bagi manusia yang mulia di mata Allah dengan kehidupan yang murah dan rendah hingga ke tingkatan hewan. Maka Allah menyebutnya dalam karakter-karakter para hamba Allah. Mereka adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah.

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Diantara karakter kemuliaan yang digambarkan Al-Quran terhadap  hamba beriman adalah: Mereka tidak memberi kesaksian palsu maupun ucapan dusta dan tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berfaedah. Karena orang yang beriman mempunyai urusan tersendiri yang menyibukkannya dari kelalaian, hura-hura dan berbicara kosong. Orang-orang beriman tak memiliki waktu kosong untuk bermain-main yang tak berarti, karena ia disibukkan dengan tuntutan keimanannya, dakwahnya dan beban-beban tugasnya yang ia tanggung. Allah berfirman:


"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqon: 72)

Jamaah sholat jumat yang berbahagia

Orang-orang yang mulia juga adalah orang-orang yang segera sadar ketika diingatkan dan mudah mengambil pelajaran jika diberi nasehat, terbuka hatinya untuk menerima ayat-ayat Allah yang mereka terima dengan pemahaman dan mengambil pelajaran. Sehingga, mereka mengimaninya dengan keimanan yang penuh dengan kesadaran, bukan fanatisme buta dan tidak menenggelamkan wajah! Jika mereka bersemangat membela aqidah mereka, membela agama mereka, membela saudara seiman mereka, maka hal itu mereka lakukan dengan sikap semangat seorang yang mengetahui, penuh kesadaran dan hati terbuka.

Allah berfirman:


"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta." 9Al-Furqon:73)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Karakteristik yang terakhir digambar oleh Al-Quran melalui firman Allah:


"Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqon: 74)



Ini adalah perasaan fitrah keimanan yang mendalam. Perasaan senang untuk menambah bilangan orang-orang yang berjalan di jalan Allah. Tidak cukup kesholihahan adalah milik pribadi, orang-orang yang beriman juga selalu menyenandungkan doa-doa untuk menambah jumlah orang-orang menyembah Allah. Dan yang pertama adalah keturunan dan pasangan mereka . Karena mereka itu adalah orang-orang yang terdekat dengan mereka, mereka itu adalah amanah yang paling pertama yang akan ditanyakan kepada mereka.



Mereka juga berkeinginan agar orang-orang beriman merasakan bahwa ia menjadi teladan bagi kebaikan, dan dijadikan contoh oleh orang-orang yang ingin menuju Allah. Dalam hal ini, tidak ada indikasi kesombongan atau merasa hebat karena suluruh rombongan berada dalam perjalanan menuju Allah. Itulah hamba-hamba Allah yang maha penyayang, yang akan mendapat kemuliaan sesungguhnya berupa surga di sisi Allah.





3. KHOTBAH KE3

ROSULULLAH SAW TELADAN SEPANJANG AMAN

Kaum muslimin jamah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa dengan makna yang sesungguhnya, selalu berupaya mengabdi pada Allah dalam setiap aktivitas kita dengan penuh keikhlasan dan mengharapkan keridhoan-Nya semata. Juga selalu merasa khawatir dan takut jika perbuatan yang kita lakukan membawa kita kepada kemurkaan Allah SWT.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia


Masih terasa segar dalam ingatan kita nuansa semarak memperingati hari kelahiran nabi besar Muhammad saw di berbagai tempat. Rasa kecintaan untuk meneladani kehidupan Rosulullah masih bergelorah di dalam dada. Semangat untuk mendalami kehidupan keseharian Rosulullah yang penuh kesederhanaan semakin membakar setiap jiwa insan yang mengaku sebagai umat beliau.


"Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat sekalian alam" (Al-Anbiyah: 107)

Rosulullah bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menjadikan beliau sebagai panutan dan contoh sejati dalam merealisasikan ketaatan kepada Allah, dalam bersosialisasi sehari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi kakek bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah juga adalah rahmat untuk alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-manusia yang tak pernah tahu dan mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan diutusnya Rosulullah saw ke dunia, dengan membawa cahaya islam, Islam telah mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang penuh makna, menerangi dengan ilmu pengetahuan dan kemakmuran.

Kaum Muslimin jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Saat zaman sekarang ini sedang mencari seorang panutan yang ideal yang patut dicontoh, Al-Quran sejak 14 abad yang lalu telah menegaskan:


"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik" (Al-Ahzab: 21)

Seorang sosok pribadi yang mulia, yang begitu mencintai umatnya, saat kematian akan menjemput beliau yang beliau ingat dan pikirkan adalah umatnya. Hari-hari Rosulullah pun semasa hidupnya adalah memperhatikan bagaimana umatnya mendapat kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akherat.

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia

Saat ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana bukan hanya pada bulan ini saja Rosulullah dilahirkan tetapi pada bulan ini juga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rosulullah sungguh akan menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad berlalu jika kembali untuk dikenang.

Seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rosulullah mendekati ajalnya, beliau mengumpul kan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang kami tanpa sepata kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu beliau bersabda: "Semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. Kalau sudah datang ajalku,  hendaklah  Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani  aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. "

Mendengar itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu,  sambil berkata: " Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami, kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan kami!?"

Rasulullah Saw bersabda: "Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan  dua penasehat, yang satu pandai  bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yaitu  Al-Qur’an, dan yang diam ialah kematian.  Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat kematian.”

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Semenjak hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah parah, selama 18 hari beliau menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari beliau menghadap Rabbnya. Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya mengucapkan salam.

Dari dalam rumah Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan ia memberitahukan bahwa Rasulullah saw dalam keadaan sakit. Bilal pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang Rasulullah saw belum juga datang,  Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah. Mendengar suara Bilal, Rosulullah memanggilnya, lalu bersabda: ”Masuklah wahai Bilal, penyakitku rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar agar menjadi imam shalat  dengan orang-orang yang hadir."

Kemudian bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau menjadi imam dalam sholat tersebut. Ketika Abu Bakar  melihat ke mihrab Rasulullah saw yang kosong, ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu  ia menjerit dan akhirnya jatuh pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga terdengarlah oleh Rasulullah saw.

Rosulullah lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah menjawab: ”Mereka menunggumu untuk mengimami mereka wahai Rosulullah.”

Maka Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah beliau masuk ke masjid, Rosulullah kemudian shalat bersama-sama mereka . Setelah salam beliau menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin, kalian masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah. Untuk itu bertaqwa-lah kepada-Nya dan taatilah  Dia, sesungguhnya saya akan meninggalkan dunia ini, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia.”

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Kisah ini semakin membuat kita menjadi sedih saat Rosulullah pulang kembali ke rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun menemui Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi jika Rasulullah  tidak mengizinkannya, hendaklah dia kembali.

Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Sesampainya di depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut  berkata: "Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!"

Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata: "Wahai hamba Allah, Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit."

 Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum, bolehkah saya masuk?"

Rasulullah saw mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya  kepada puterinya Fatimah:  "Siapakah yang ada di luar pintu itu  wahai anakku?"

Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma."

Rasulullah saw bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?" Rasulullah saw kemudian menjelaskan: "Wahai Fatimah, dia itu adalah melaikat maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan.”

Mendadak Fathimah menangis, lalu berucap: "Wahai Ayahku, sesungguhnya aku takkan mendengar  sabdamu  lagi,  juga tak kan mendengarkan ucapan salam darimu sesudah hari ini.”

Rasulullah berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab sesungguhnya hanya engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat Maut." Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: "Assalamualaika ya Rasulullah."

Rasulullah saw pun menjawab:  "Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?

Malaikat Maut menjawab:  "Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang."

Rasulullah saw bertanya:  "Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan Jibril?" Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggalkan dia di langit dunia."

Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu duduk disamping Rasulullah saw. Kemudian Rosulullah berkata: "Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat? Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah.”

Jibril menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah terbuka, dan bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.

Rasulullah saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat!”

Jibril menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan Aku larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)

Dengan tersenyum Rosulullah berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku dan hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah mencabut ruh Rosulullah.

Ketika sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril, alangkah pahitnya rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan wajahnya. Ketika itu Nabi Saw berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah,  siapa kiranya yang sampai hati melihat wajahmu, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“

Anas ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau putus.

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah

Rosulullah telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tersenyum. Anas bin Malik melanjutkan ucapannya: "Ketika aku di depan pintu rumah Aisyah,  aku mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang mendalam sambil mengatakan, "Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera, wahai orang  yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang yang jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa'ir."

Kaum Muslimin jamaah Sholat jumat yang di muliakan Allah

Begitulah ungkapan Aisyah seorang istri Rosulullah yang menyadarkan kita bahwa begitulah keseharian Rosulullah tatkala beliau masih hidup. Padahal beliau adalah orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surge. Kini sudah 14 abad berlalu saat Rosulullah meninggalkan umatnya, tetapi ajaran beliau selalu hidup dan akan selalu menghidupkan hati orang-orang beriman. Ada beberapa hal yang hendaklah selalu diingat dan diwujudkan, sebagai wujud kecintaan kita kepada Rosulullah saw:

Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rosululllah dalam beribadah

Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:


"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (Al-Kahfi: 110)

Rosulullah saw bersabda:




Barang siapa melakukan amalan bukan sesuai dengan tuntunanku maka ia ditolak. (HR. Bukhori Muslim)

Kedua : Konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT

Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah

Saat Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan  sambil  menghunus pedangnya sambil mengucapkan: "Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah mati akan aku tebas lehernya".

Setelah Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi wajah Rosulullah yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya, ia kemudian bangun dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan Umar yang tidak dapat menerima kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut dengan kesedihan yang amat dalam. Lalu dia pun berseru dengan nyaring. Seruan itu ditujukan kepada semua yang hadir terutama kepada Umar.  "Barang seiapa menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Rasulullah benar-benar telah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan abadi selama-lamanya."

Kemudian beliau membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Quran:


"Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain sebelumnya. Kerana itu, Apakah jika Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, kamu akan murtad dan kembali kepada agama nenek moyang kamu? Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak sedikit pun menimbulkan kerugian kepada Allah SWT. Dan Allah akan menganjarkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur." (Ali Imran:144)

Tiba-tiba  Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur kebawah bagaikan kehabisan tenaga. Keringat dingin membasahi seluruh badannya. Bagaikan baru hari itu dia mendengar ayat yang sudah lama disampaikan oleh Rasul kepada mereka. Umarpun menangis terseduh-seduh, tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sahabat dan ke seluruh hati umat sehingga akhir zaman.

Walau Rosulullah telah tiada, ketaatan kepada Allah harus terus adalah selamanya.

Ketiga : Meneladani kehidupan Rosulullah

Banyak sisi dari kisah kehidupan Rosulullah yang mesti diteladani oleh umat islam, apalagi pada saat sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan pemimpin yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis global, tapi yang lebih penting dari pada itu seorang pemimpinyang juga dapat membimbing bangsa hingga mereka selamat di akherat kelak.


"Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik" (Al-Ahzab: 21)




. Keempat : Mencintai Rosullullah


Mencintai Rosulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rosulullah merupakan keharusan, karena itu adalah tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda Rosulullah dalam hadist shahih:



Dari Anas r.a Rosulullah bersabda: "Tidak beriman salah seoarang dari kalian sehinga menjadikan Aku lebih dicintai dari anak dan orangtuanya dan seluruh manusia."
Kecintaan orang beriman kepada Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh kematian karena kecintaan atas dasar iman itu tetap lestari dan abadi. Tangis kecintaan kepada Rosulpun masih menggema di masjid Rosulullah keesokan harinya, tatkala bilal melafazkan azan, ia tak sanggup melafazkan Asyhadu Anna muhammadan Rosulullah, ia pun menangis, kaum musliminpun menangis.

Kelima: Berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah

Umat saat ini sangat dituntut untuk benar-benar kembali kepada Al-Quran dan Sunah sebagaimana pesan Rosulullah ketika akan wafat, itulah yang akan membimbing mereka menuju keselamatan di dunia dan akherat.:


"Ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Al-An'am : 153)



4.KHOTBAH KE 4


Merenungi Sejenak Perjalanan Abadi Manusia


Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah

Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh ketundukan  dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:


Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.

Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia

Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau hal itu merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang di penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.

Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.

Hadirin Jama’ah sholat jumat rahimakuullah

Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:


"Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)

Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah SWT.

Hadirin Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah

Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang konsent pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.

Marilah kita renungi firman Allah berikut:


“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).

Hadirin yang dimuliakan Allah

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.

Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akherat. Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat bukan berarti dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi.

Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.

Begitu juga dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.

Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan  berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari.

Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.

Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akherat kelak.

Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah

Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:


“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)

Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.

Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.

Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:

Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.

Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.

Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.

Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.

Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi 5/168)

Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.

Jumat, 03 Agustus 2012

kewirausahaan dan kecerdasan finansial
( materi seminar)
hutang budi vs hutang buruk
hutang baik : hutang yg digunakan untuk menghasilkan banyak uang ( investasi)
hutang buruk : hutang untuk dihabiskan ( konsumtif)

financially smart
yaitu mampu mengubah sampah menjadi uang vs mengubah uang menjadi sampah.
dalam era globalisasi ini penting diadakannya kecerdasan dalam finansial
yang dapat menunjang kehidupan yang layak.


aset dan liabilitas dalam kehidupan :

aset adalah sesuatu yang kita miliki menghasilkan sekalipun kita berheti bekerja.

liabilitas adalah sesuatu yang kita miliki tetapi mengeluarkan uang

beberapa teori yang bersangkutan dalam aset dan liabilitas :
teori kesuksesan
. kecerdasan dalam kehidupan
. kecerdasan finansial
. kecerdasan spiritual
. kecerdasan emosional
. kecerdasan adversitas

yang harus dimiliki ialah :
kompetensi
konfidensi
karakter
karisma


" how do you make living"?  investasi sebayak mungkin
investasi emosi " kaya tampa korupsi"
tidak semua yang gratis itu baik tapi bisa saja jadi racun.
"your life isn danger (jangan mengganggu bom mau meledak berusaha untuk bekerja)

" pesan "
> berapapun uang yang anda dapat tidak menjamin anda bisa kaya
> menjadi kaya tergantung 100% pada apa yang anda lakukan terhadap uang anda
> jalankan rencana keuagan anda dengan prinsif "thick fase, black heart"


uang dan waktu ( time is money )
bagai mana menggunakan waktu yang kita miliki untuk mendapatkan uang yang kita butuhkan!
> punya waktu tidak punya uang
> punya uang tidak punya waktu
> tidak punya uang tidak punya waktu
> punya uang punya waktu

Senin, 23 Juli 2012

  •             Kehidupan adalah suatu perjuangan yang tak pernah ada habisnya,sampai kelak menhadap yang Maha Kuasa,selalu saja ada masalah dan berbagai cobaan yang datang menghiasi warna kehidupan layaknya pelangi yang indah,kata-kata itulah yang selalu tegar dalam menghadapi segala masalah yang datang,meski tak jarang saya juga terjerembab/jatuh dalam keputusasaan,ya,saya selalu yakin kalau kehidupan saya adalah perjuangan,salah satu seorang sahabat saya pernah berkata pada saya,jika kehidupan adalah perjuangan seperti apa yang saya yakini selama ini,maka apa yang ingin saya raih dari perjuangan itu? dan apa yang menjadi tujuan saya ?.........Apakah untuk kebahagiaan dunia,prestasi atau kesuksesan dunia yang membanggakan? tidakkah semua itu merupakan harga yang terlalu kecil untuk membayar perjuangan yang saya lakukan seumur hidup???
  • Maka kemudian saya berpikir,benarkah yang saya yakini selama ini,kalau hidup ini adalah perjuangan??? Hati saya seperti tersenyum ke arah saya,benar katanya.Hifdup memang sebuah perjuangan,dan perjuangan itu adalah JIHAD,namun untuk JIHAD ada satu tujuan,yaitu kembali pada ALLAH dalam keadaan ikhlas,tak ada cinta tak ada kisah kasih kecuali atas dasar cinta  pada-NYA,sudahkah kau lakukan semua itu? tanya hati saya.
  • Belum,kau belum melakukannya,jawab sisi hati saya yang lain,lantas masih bolehkah saya mengatakan kalau hidup saya adalah perjuangan,sementara saya belum pernah menghabiskan waktu dalam hidup saya dengan benar-benar ikhlas karena ALLAH? kali ini desiran darah yang menjawab,tentu saja boleh,justru karena itulah,kehidupan di katakan sebuah perjuangan,perjuangan untuk mencapai sebuah keikhlasan karena ALLAH,semua itu tak dapat engkau raih begitu saja,semuanya butuh pengorbanan dan kesabaran,kau harus terus melatih hatimu,memupuk dan menyiraminya agar keikhlasan dapat kau temukan,keikhlasan tak akan pernah hadir dalam hati yang penuh dengan noda,karena itu berjuanglah agar hatimu bersih.Dan kebersihan hati,kau akan menemukan kecintaan kepada Sang Pemilikmu,lalu dari cinta itulah keikhlasan muncul,ikhlas melakukan apa saja demi cinta pada Sang Khalik.
  • Apakah karena itu ,para mujahid rela berkorban dengan harta,raga bahkan nyawanya,untuk membela ALLAH?? Tanya saya lagi,hembusan saya tertawa mengitari saya,tak seorangpun manusia yang pernah berkorban untuk ALLAH,sayang katanya,karena semua yang ada pada kita,bahkan semua yang ada di jagad raya ini adalah milik ALLAH semata,jika semua itu ada  di diri kita,hanyalah semata titipan-NYA,Dan jika menggunakannya untuk membela agama ALLAH,Itu adalah hal yang seharusnya kita lakukan,seperti mengembalikan sesuatu pada pemilik-NYA,namun ALLAH menjanjikan syurga bagi hamba-NYA yang bertaqwa,kata saya.
  • Denyut nadi yang sedari tadi diam,kali ini turut bicara,itu karena ALLAH Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,bahkan jika tak ada janji syurga dari ALLAH sekalipun,wajib bagi kita untuk berjuang di jalan-NYA,sebab begitu banyak nikmat yang telah Ia limpahkan pada kita,sekarang katakan padaku,nikmat ALLAH yang mana yang dapat engkau dustakan? tanyanya,saya mulai mengira-ngira nikmat mana yang dapat saya dustai,saya memiliki orang tua yang begitu perhatian dan baik hati,menyayangi saya dengan tulus,dahulu mereka berkorban hanya untuk membahagiakan sayadan saudara-saudara saya,saya memiliki saudara yang sayang dan berusaha mengisi hati saya dengan tawa,ada sahabat yang menemani saya dalam suka dan duka,bekerja dalam keriangan hati,meski sering juga saya menangis,saya selalu di beri rizky agar tercukupi,walau tak kuat saya bisa merasakan nikmatnya sehat,walaupun saya ingkar dan lalai,saya masih di beri Rahmat dan Hidayah-NYA.lantas nikmat ALLAH yang mana yang dapat saya dustai? Tidak ada bukan? kata jantung saya,aku menyertaimu dalam tiap gerakmu,aku berdetak lebih kuat jika kau mengalami perubahan perasaan,aku lemah jika kau sakit,namun tahukah kau,bahwa ALLAH jauh lebih dekat denganmu melebihi aku,sangat dekat katanya,katanya lagi,jadi DIAlah yang pantas engkau jadikan tujuan di dalam hidupmu,DIAlah akhir dari perjuanganmu,jika kau tanamkan itu,semboyanmu kini harus kau ubah menjadi Hidup adalah JIHAD.jika kami boleh berterus terang,kata tulang,kami tak pernah mau menyertaimu ketika kau berbuat maksiat,karena kami mencintai ALLAH ,DIAlah Dzat pemilik kami,namun hawa nafsumu membuat kami mendurhakai-NYA ,tolonglah gunakan kami di jalan-NYA,karena itulah kami cita-citakan,lanjut jantung.Benar,kami tak perduli betapa menderitanya kami,jika itu karena ALLAH kami siap,kami milik-NYA dan kami ingin kembali pada-NYA dalam keadaan fitrah,aku ingin berhenti kau hirup karena engkau Syahid,kata nafas,kami juga,kata darah,jantung,dan nadi,jika perlu kami tak menyesal jika harus terpisah dari ragamu,kata tangan dan kaki,Hati tersenyum,kau juga milik ALLAH,karena itu kau harus seperti kami dan kami ingin menjadi saksi bagimu kelak,ketika ALLAH meminta pertanggung jawabanmu,kami ingin menjadi bagian dari perjuanganmu,mereka serentak berkata.
  • Saya tersenyum,ya,mulai saat ini saya akan berusaha menjadikan hidup saya sebagai JIHAD.Ya ALLAH,izinkan saya mencintaiMU di atas apapun dan dalam keadaan apapun,Ya ALLAH,cabutlah nyawa saya dalam keadaan cinta dan taqwa padaMU.Dalam kerapuhan saya.............dalam ketidak berdayaan saya menghadapi cobaan yang ENGKAU berikan pada saya,...ternyata tidak ada apa-apanya di banding nikmatMU yang di berikan terhadap saya,yang begitu banyak sehinggga hal kecil apapun menjadikan diri kita itu berguna,........RAAB,ampunilah saya,....karena selama ini saya terlalu banyak memohon padaMU,......... yang seharusnya saya bersyukur atas nikmatMU,mudah-mudahan kami slalu ada dalam perlindungan dan bimbinganMU
  • Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin Ya Robbal alamin